Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Kamis, 22 Oktober 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa puluhan tahun yang lalu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan tidak dapat diajarkan. Akan tetapi sekarang ini Enterpreneurship (kewirausahaan) merupakan mata pelajaran yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan telah bertumbuh sangat pesat.

Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir ini. Demikian pula di negara kita pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi di berbagai kursus bisnis. Jadi kesimpulannya kewirausahaan itu dapat diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis kemudian kita akan membuat mereka menjadi seorang wirausaha yang berbakat (Buchari Alma 2000:5)
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di antaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan.

Menurut Suparman Suhamidjaja yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1982:96) bahwa:” Pendidikan kewirausahaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa Indonesia sesuai dengan kepribadian Indonesia yang berdasarkan Pancasila”.

Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.

Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen atau terpisah dari ilmu-ilmu yang lain. Hal ini menurut Prawirokusumo (1997:4) disebutkan:
  1. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan metode ilmiah yang lengkap
  2. Kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu posisi venture start-up dan venture-growth. Ini jelas tidak masuk dalam frame work general management cources yang memisahkan management dan business ownership
  3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
  4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk sikap.

Adapun perlunya pendidikan kewirausahaan di Indonesia menurut R. Djatmiko Danuhadimedjo (1998:77) adalah :
  1. Untuk mengembangkan , memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit tersebut lebih berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
  2. Untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan menumbuhkan kepribadian wirausaha.
  3. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.
  4. Dengan demikian apabila kepribadian wirausaha kita miliki, maka negara kita yang sedang berkembang ini akan dapat menyusul ketinggalan atau menyamai negara yang sudah maju.
  5. Untuk menumbuhkan cara berpikir yang rasional dan produktif dalam memanfaatkan waktu dan faktor-faktor modal yang dimiliki oleh wirausaha tradisional pribumi.
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yakni “Paedagogie” yang asal katanya terdiri dari kata “Pais” dan “Again”. Pais berarti anak dan again berarti membimbing. Dengan demikian pendidikan atau Paedagogie berarti bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak, agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Bertitik tolak dari pengertian pendidikan di atas, maka ada pendidikan lalu lintas, pendidikan agama, pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Di dalam pendidikan lalu-lintas, pendidikan agama dan pendidikan keterampilan, keterangan tentang keterampilan merupakan bahan yang diberikan dalam perbuatan atau kegiatan mendidik.

Ilmu pendidikan melaksanakan peranan-peranan sebagaimana diungkapkan oleh Oemar Hamalik:
  1. Peranan spesialisasi, yaitu menyediakan materi bidang ilmu dan perangkat pengetahuan yang wajib dikuasai oleh tiap calon guru. Materi yang disediakan meliputi teori, konsep generalisasi, prinsip, dasn berbagai strategi. Materi yang dimaksud pada gilirannya disajikan dalam proses belajar-mengajar pada lembaga pendidikan guru, terhadap para calon guru yang dipersiapkan untuk mengajar di sekolah dasar atau sekolah tempat ia akan bertugas.
  2. Peranan profesionalisasi, yang merupakan alat dalam kerangka sistem penyampaian yang perlu dikuasai oleh setiap calon calon guru pada umumnya, bagi guru khususnya, dan ilmu pendidikan sekaligus berperan ganda, yakni sebagai sesuatu yang akan disampaikan dan sebagai sistem penyampaian dengan berbagai alternatif pilihan.
  3. Peranan personalisasi, yang bersifat membentuk kepribadian guru sebagai warga negara yang baik dan sebagai anggota profesi yang baik. Peranan yang baik didasari oleh aspek normatif yang dimiliki oleh ilmu pendidikan itu sendiri.
  4. Peranan sosial, yang menyediakan kemungkinan bagi guru untuk memberikan pengabdiannya kepada masyarakat dalam bidang ilmu pendidikan. Dalam hal ini, pengabdian dimaksudkan sebagai usaha untuk turut memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat (Sudirman N. Dkk 1988:6).
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sudirman W. (1987:17) bahwa: “Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa manusia yang mengalami proses pendidikan akan mengalami perubahan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang termanifestasikan dalam perubahan perilaku ke arah yang lebih positif.

Menurut M. J. Langefeld dalam bukunya beknobte Theoretische pa paedagogik dalam Nanang Fattah (2002: 13) mengemukakan bahwa: “Ilmu pendidikan di pandang sebagai ilmu teoritis dan ilmu praktis yang mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia yang dirancang secara sistematis dalam proses interaksi antara pendidikan dengan peserta didik, baik di dalam maupun di luar sekolah”.

Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa proses pendidikan merupakan kombinasi atau perpaduan antara konsep teoritis dan konsep praktis guna mencapai kepribadian yang matang melalui proses interaksi pembelajaran antara pendidikan dan yang dididik yang dirancang secara sistematis.

Penulis mengutip pendapat para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, bahwa: “pendidikan adalah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat, kebudayaan atau peradaban untuk memelihara kelanjutan hidup”. Dan Kartono (1980: 70) berpendapat bahwa:”Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.”

Oleh karena itu maka setiap pendidikan yang diberikan seharusnya mempunyai tujuan yang jelas agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Secara lebih luas tujuan pendidikan tersebut telah dicetuskan oleh UNESCO yang dikutip oleh Yani Rustiani (1992:18) yaitu sebagai berikut:

Tujuan pendidikan adalah menuju humanisme ilmiah pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjungjung tinggi nilai luhur manusia. Manusia harus dipandang sebagai makhluk yang kongkrit yang hidup dalam ruang dan waktu serta diakui sebagai pribadi yang mempunyai martabat yang tidak boleh diobjektifkan.

Menurut Robert L. Malthis dan H. Jackson sebagaimana yang dikutip oleh As Moenir (1998:32) mengemukakan bahwa:

Education is the organized attempt of mainkind to develop skills and criteria, knowledge and values, that will help us not only to discriminate between good and evil, freedom and bandage, but to decide actively from the positive and to reject the negative. Training is defined as a learning process where by people require skills, concept, attitudes or knowledge to aid in the achievement of gools.

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang terorganisir untuk mengembangkan keterampilan dan standar, pengetahuan dan nilai-nilai yang tidak hanya membentuk kita untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, kebebasan dan keterikatan, tetapi untuk memutuskan kegiatan positif dan untuk menghindari yang negatif. Sedangkan latihan merupakan proses belajar untuk mendapatkan keterampilan, konsep, sikap atau pengetahuan untuk membantu mencapai prestasi.


2 Metode Pendidikan
Andrew F. Sikula seperti yang dikutip oleh Melayu S. P. Hasibuan (1994:85-92) metode pendidikan, yaitu:
  • Training Methods, yaitu metode pendidikan di dalam kelas
  • Under Study, adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung bagi seseorang yang dipersiapkan untuk menjabat jabatan atasannya.
  • Job Rotation and Planned Progression, yaitu pengembangan yang dilakukan dengan cara memindahkan peserta dari satu jabatan ke jabatan lainnya secara periodik untuk menambah keahlian dan kecakapannya pada setiap jabatan tersebut.
  • Couching and Counseling, di mana couching yaitu cara pendidikan di mana atasan mengajarkan keahlian dan keterampilan kepada bawahannya. Sedangkan Counseling adalah suatu cara pendidikan dengan melakukan diskusi antara pekerja dengan manajer mengenai hal-hal yang bersifat pribadi.
  • Junior Board of executive or Multiple Management, yaitu suatu komite penasehat tetap yang terdiri calon-calon manajer yang ikut memikirkan atau memecahkan masalah-masalah dalam perusahaan
  • Commitee assigement, yaitu komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan atau menganalisis dan melaporkan suatu masalah kepada pimpinan
  • Bussiness Games, adalah pendidikan yang dilakukan dengan di adu untuk bersaing memecahkan masalah tertentu
  • Sensitivy Trainning, yang dimaksudkan untuk membantu peserta agar mengenal lebih mengerti tentang diri sendiri, menciptakan pengertianyang lebih mendalam di antara para peserta dan mengembangkan keahlian tiap peserta yang spesifik.
KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Rumawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh dari garis start sampai garis finish.

Secara terminologis, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian semula ialah sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.

Selanjutnya pengertian kurikulum terus berkembang, seirama dengan perkembangan berbagai hal yang harus diemban dan menjadi tugas sekolah. Akhir-akhir ini ada pergeseran, yaitu tugas mendidik cenderung lebih banyak dipercayakan atau diserahkan kepada sekolah, meskipun kenyataannya anak atau siswa lebih banyak waktunya berada di lingkungan keluarga atau di rumah. Berbagai kesibukan keluarga (orangtua, ayah, ibu) sering membuat pendidikan anak menjadi kurang mendapat perhatian, dan mereka mempercayakannya kepada sekolah. Selain itu, perkembangan masyarakat banyak menuntut kepada sekolah, berupa nilai-nilai dan kemampuan-kemampuan anak yang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, di samping peledakan informasi dan peledakan penduduk, beban sekolah semakin berat dan kompleks, sehingga dengan demikian, pengertian kurikulum berkembang menjadi luas pula, sebagaimana dikemukakan berikut ini.

Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata pelajaran atau bidang studi saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan seswa dalam rangka belajar. Kegiatan-kegiaran belajar siswa yang dimaksud dapat dilakukan di dalam kelas seperti mengikuti ceramah, bertanya jawab, mengadakan demonstrasi, bisa juga berupa kegiatan-kegiatan belajar di dalam kampus seperti di perpustakaan, laboratorium, work-shop, microteaching, atau memperingati hari-hari besar tertentu seperti Hari Pahlawan, Hari Kesehatan Sedunia, Hari Ibu, Hari Pendidikan, serta mengadakan pameran, olah raga, kesenian, dan organisasi siswa. Kegiatan-kegiatan belajar lebih jauh lagi, yaitu yang dilakukan di luar sekolah, seperti mengerjakan tugas di rumah (PR), observasi dan atau wawancara di masyarakat, pengabdian pada masyarakat dan praktek kerja – antara lain Praktek Keguruan atau Program Pengalaman Lapangan (PPL).


Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Segala sesuatu yang dimaksud di sini misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, bersih dan berbunga, suasana keakraban dalam proses belajar-mengajar dan antartenaga kependidikan di sekolah, media dan sumber-sumber belajar yang memadai. Kesemuanya itu dapat menggairahkan bahkan membanggakan siswa belajar di kampus meskipun kuncinya terletak pada siswa itu sendiri, guru, pimpinan sekolah dan staf. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan.

3 Wirausaha
Wirausaha asal katanya dari terjemahan entrepreneur. Istilah wirausaha ini berasal dari entrepreneur (bahasa Perancis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between teker atau go between. Dan melihat dari asal katanya, wirausaha berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan atau pejuang. Sedangkan “usaha” yaitu suatu kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, wirausaha ini merupakan organisasi atau individu yang menciptakan barang atau jasa untuk mencapai keinginannya.

Pengertian Wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Jhosep Schumpeter yang dikutip oleh Buchari Alma (2000: 20-21) adalah “Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and service, by creating new forms of organization or by exploiting new raw materials.”


Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.


Sedangkan menurut Geoffrey G Meredith (2000:5) “Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya, sehingga setiap kegiatan usahanya wirausaha selalu berpandanagn ke depan untuk mengembangkan dan meningkatkan apa yang telah diperoleh sekarang.

Menurut Suharsono Sagir (1987: 54) Wirausaha adalah
orang-seorang yang modal utamanya adalah ketekunan yang dihadapi sikap optomis, kreatif dan melakukan usaha sebagai pendiri pertama disertai pula dengan keberanian menanggung resiko berdasarkan suatu perhitungan dan perencanaan yang tepat.

Dalam konsep Manajemen, pengertian Entrepreneur atau wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labours) untuk menghasilkan produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997: 3).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambil resiko yang tinggi, tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat. Dan hal terpenting dari wirausaha adalah ia dapat merasakan adanya peluang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dan akan mengejar peluang-peluang yang sesuai dengan situasi dirinya.

Setelah membahas mengenai wirausaha dilanjutkan pada pengertian kewirausahaan. Kewirausahaan berasal dari kata benda “wirausaha” yang diberi imbuhan ke-an berubah menjadi kata sifat “kewirausahaan:. Dan menjadi kata kerja setelah diberi imbuhan ber- menjadi “berwirausaha”.

Daya Tarik Bisnis
Dalam kehidupan sehari-hari kita perhatikan jutaan orang melakukan kegiatan bisnis. Mereka ada yang berhasil mengembangkan usaha dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin lama makin maju tetapi ada pula yang gagal. Bagi mereka yang berhasil, kegiatan bisnis makin menarik dalam kehidupan mereka. Buat masa yang akan datang, lembaga pendidikan dengan buku teks yang digunakan, beserta dosen dan guru hendaknya memberikan dorongan kepada generasi muda, agar mulai mengarahkan pandangan ke profesi bisnis dan mengungkapkan serta menggali pengetahuan bisnis yang sangat menarik dan membantu mengatasi kesulitan lapangan kerja.


Pekerjaan di bidang bisnis pada masa lalu belum menarik bagi anak muda dibandingkan dengan masa sekarang. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah pekerjaan bisnis di negara kita. Latar belakang filosofis profesi bisnis di Indonesia kurang begitu menguntungkan. Mengapa? Masalah ini dapat kita telusuri dengan menoleh jauh ke belakang, ke masa silam, masa terjadinya pembauran kebudayaan dengan berbagai bentuk budaya asing yang diwarisi bangsa Indonesia antara lain dengan budaya Hindu. Budaya Hindu kurang memberi tempat pada fungsi dan profesi pengusaha. Dalam sistem kasta Hindu, praktisi bidang bisnis, saudagar terletak pada hirarki ke tiga setingkat di atas kasta rakyat jelata (Sudra). Ulama dan pamongpraja atau birokrat menduduki ranking lebih tinggi dari saudagar. Hal ini bukan merupakan ajaran Hindu saja, di Barat pun dalam mitologi Yunani, dewa untuk pengusaha disamakan dengan dewa pencuri, Hermes.

Faktor-faktor kontinuitas bisnis adalah :
  1. Likuiditas, yaitu kemampuan bisnis membayar utang-utang pada saat jatuh tempo. Likuiditas juga berarti mampu menjaga kelancaran proses produksi agar suplai hasil produksinya lancar.
  2. Solvabilitas, yaitu berusaha agar modal sendiri (assets) bisnis lebih besar dari utangnya.
  3. Soliditas, yaitu kemampuan bisnis untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan meliputi moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan.
  4. Rentabilitas, yaitu bisnis mampu memperoleh keuntungan yang layak, tidak merugi.
  5. Credit Waardigheid, artinya bisnis dipercaya sehingga layak memperoleh kredit/pinjaman.

Pengertian Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan “Entrepreneurship”, yang dapat diartikan sebagai “the backbone of economy” yaitu syaraf pusat perekonomian.

Ada beberapa konsep kewirausahaan yang dikemukakan oleh Suryana dalam Diklat Perkoperasian Perguruan Tinggi

5 Karakter Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda.

Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2000: 8-9), meliputi delapan karakteristik, yang meliputi:
  1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri
  2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi
  3. Confidence in their ability to succees, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
  4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera
  5. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik
  6. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan
  7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
  8. Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
Sikap Berwirausaha
Berkaitan dengan penelitian ini, sikap yang ingin ditumbuhkan adalah sikap berwirausaha. Dalam hal ini peneliti ingin melihat sejauhmana peserta didik mampu mengadopsi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya sebagai bagian dari hidupnya dengan membentuk sikap berwirausaha melalui suatu pendidikan kewirausahaan.

Di dalam ciri atau karakteristik kewirausahaan di atas menunjukkan kecenderungan sikap ke arah yang positif. Menurut Kao yang dikutip oleh Yudith Dwi Astuti (2003:52) bahwa seorang wirausaha untuk dapat melihat segala sesuatu secara lebih positif sedikitnya diperlukan tiga aspek yang menunjang yaitu “be positive, positive reinforecement dan the attitude to wards risk”.

Dijelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki sifat positif dan hanya akan menjadi negatif bila mereka mengalami penderitaan, situasi yang tidak mengenakan, ketidaknyamanan dan sesuatu yang mengancam. Menjadi positif artinya selalu melihat segala sesuatunya dengan positif. Sikap seperti ini membantu seseorang untuk mengembangkan mental wirausaha dalam memahami masalah yang berbeda. Masalah akan tetap menjadi masalah, tetapi di dalamnya masih terdapat kesempatan untuk menghadapinya dalam setiap situasi. Bagi seorang wirausaha, kegagalan akan menjalankan sebuah memberikan kesempatan belajar untuk meningkatkan berbagai kemungkinan sukses di masa mendatang.

Adapun sikap berwirausaha itu sendiri dapat dinilai apabila memiliki ketentuan yang harus dicapai seseorang sehingga layak untuk dihargai sebagai individu yang memiliki sikap berwirausaha. Dalam hal ini Buchari Alma (2002:53) memberikan penilaian berdasarkan kemampuan seseorang untuk memiliki sifat (perilaku) sebagai berikut:

(1) yakin pada diri sendiri, (2) optimis, (3) kepemimpinan, (4) fleksibel, (5) bisa mengelola uang, (6) imajinasi, (7) bisa merencanakan, (8) sabar, (9) tegas, (10) semangat, (11) tanggung jawab, (12) kerja keras, (13) dorongan mencapai sesuatu, (14) integritas, (15) percaya diri, (16) realisme, (17) organisasi, (18) ketepatan, (19) ketenangan, (20) menghitung resiko, (21) kesehatan fisik, (22) komunikasi dengan orang lain, (23) kebebasan, (24) bisa bergaul, (25) membuat keputusan.

Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek guna menghasilkan suatu pandangan tertentu, dalam bentuk baik maupun buruk dari lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh Thurstone yang dikutip oleh Mar’at yang menyatakan bahwa: “sikap merupakan tingkat afeksi yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan objek psikologik sendiri mempunyai arti simbol, kalimat slogan, organisasi, instansi serta ide yang ditujukan agar orang dapat membedakan efek yang positif dan negatif (mar’at, 1984:10).

Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa sikap merupakan tingkatan afeksi (perasaan) baik yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek-objek psikologik dengan demikian perasaan seseorang dalam merespon suatu objek dapat positif yaitu perasaan senang, menerima, terbuka dan lain-lain. Dan dapat negatif, yaitu perasaan tidak senang, tidak menerima, tidak terbuka dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya pengertian sikap ini diuraikan beberapa pendapat oleh para ahli sebagai berikut:
  • Sikap adalah proses mental yang bersifat individual yang menentukan respon baik yang nyata atau yang potensial dan setiap orang yang berada dalam kehidupan sosial. (Rochman Natawidjaja, 1979:122)
  • Sikap adalah suatu predis posisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun objek-objek tertentu. (Wayan Nurkancana, 1981:249)
  • Sikap adalah suatu kecenderungan yang bersifat tinggi maupun rendah, menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek-objek psikologi. Objek ini dapat berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa, lambang, nilai dan sebagainya. (Saklito Wirawan, 1978:94)
  • Sikap dapat diartikan sebagai suatu kesiapan mental yang relatif menetap untuk mereaksi terhadap suatu objek psikis (orang, golongan, peristiwa, situasi, peraturan, nilai-nilai dan lain-lain) bersifat positif, netral dan bukan negatif menyangkut pengenalan, perasaan dan kecenderungan bertindak. (Nur Indah A. 1994:24).
Dari rumusan-rumusan pengertian sikap di atas nampak bahwa tidak hanya unsur motif yang terkandung dalam makna sikap, tetapi juga meliputi emosi, persepsi, kognisi, kebiasaan dan keyakinan.

Dari berbagai definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi mengenai pengertian sikap tersebut. Kerangka teoritik dari konsep sikap tersebut menggambarkan bahwa sikap sebagai suatu sistem dari tiga komponen yang saling berhubungan dengan persepsi seseorang terhadap suatu objek yang dapat melahirkan keyakinan-keyakinan tertentu. Komponen afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional yang dapat melahirkan perasaan-perasaan tertentu, dan komponen konasi yang merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Disadari atau tidak, sikap dan perilaku saling berhubungan. Seperti yang diungkapkan oleh Mar’at (1982:10) sebagai berikut:”attitude entails an existing predispositionto respond to social objects which in interaction whit situasional and other dispositional variabel, guardes and direct the overt behavior of the individual.” Pengertian itu mengungkapkan manifestasi sikap yang secara langsung tidak dapat dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku tertutup. Jadi sikap individu agak sulit hanya dilihat dari bentuk-bentuk perilaku yang tampak saja. Karena itu sikap harus dipandang sebagai dedisposisi perilaku yang mengandung arti adanya kecenderungan maupun kesediaan bertindak seperti tampak pada gambar di bawah ini:



Hubungan Sikap dan Perilaku
keterangan: ------------- garis arah (kecenderungan dari sikap)
_________ garis tanpa proses
Gambar di atas menunjukkan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tingkah laku sikap bersifat dinamis serta berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.


Saran-saran berikut akan membantu anda untuk mengembangkan sikap mental yang baik.
  • Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya.
  • Otak anda merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran anda yang akan memungkinkan anda terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
  • Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari.
  • Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat.
  • Pikiran anda haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu memfokus pada pelbagai problem (Geoffrey G. M. Et al: 1996)

Hubungan Antara Pendidikan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha
Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, yaitu faktor fisiologis (umur, kesehatan) dan psikologis, seperti perhatian dan sikap-sikap yang telah ada pada individu yang bersangkutan, serta faktor eksternal yaitu pengalaman situasi yang dihadapi individu, norma-norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat.


Terbentuknya sikap diawali oleh adanya persepsi individu terhadap objek sikap. Dalam mempersepsi objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan dan proses belajar. Karena seperti yang dikemukakan oleh G. Meredith, et al (2001:6) bahwa “... untuk mencapai atau memiliki sikap berwirausaha, seseorang harus menempuh pendidikan kewirausahaan”. Kemudian digambarkan oleh Joe Setiawan (1996:1) untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha diperlukan tiga tingkatan sebagai berikut:
Gambar :



Tiga Tingkatan Pengembangan Kemampuan Berwirausaha
  1. Pada gambar di atas, terlihat bahwa untuk menjadi seorang wirausaha dibutuhkan adanya pendidikan dan pelatihan, agar mempunyai sikap mental yang baik dalam berwirausaha dan mencapai keberhasilan dalam menjalankan usahanya.
  2. Dalam konteks pendidikan kewirausahaan, berarti isi dan muatan materi yang disampaikan dalam proses pendidikan juga harus disesuaikan dan diselaraskan dengan maksud dan pengertian konsep kewirausahaan itu sendiri.
  3. Keberadaan pendidikan kewirausahaan sangat diperlukan, terlebih kebanyakan wirausaha yang ada masih rendah dalam mengembangkan kemampuan mengelola yang digelutinya. Untuk mengatasi itu diperlukan pendidikan kewirausahaan. Melalui pendidikan ini diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan dan sikap berwirausahanya.



Oktober 22, 2015

0 comments:

Posting Komentar